Kami berada dalam lingkaran paradoks, bersama kalam atas asas-asas yang semestinya dipatuhi bagi kami, Masyarakat Semesta.

​

Pamor kami tidaklah seindah yang dititahkan para manusia. Jika kami adalah agung, mengapa digantungkan pada tumpukan data dan angka? Jika kami adalah agung, mengapa kami berada dalam silsilah terbawah? Tuhan kami adalah Esa bila menilik dari langit kami, lalu ada mereka: Manusia, Malaikat, dan Iblis; tidakkah ini lucu, bahwa mereka bernilai fluktuatif? Sungguh, kami ingin tertawa lantang. Pada akhirnya, kamilah yang terbawah dari semuanya.

​

Pengejawantahan Alam Semesta bukanlah hal sepele, karena akan dipilih dengan pusaka dari tiga yang tersedia: Malaikat dan Iblis adalah utama, namun akan menjadi elok bila ketiganya mampu dipangku. Dialah yang memantau kami, dialah yang memimpin kami. Adikodrati yang menarik 'tuk diulik, jika saja mampu ditiadakan anomali.

​

Anomali sejatinya sah pada manusia, namun tidak untuk Masyarakat Semesta. Sayangnya, penilaian Alam Semesta masihlah berupa tanda tanya perihal ini. Mungkin, karena eksistensi kami adalah kabur? Beberapa menghilang, beberapa menyatu, beberapa ... sudahlah.

Satu anomali yang terkenal adalah Artifice Opsonin (dimana mereka yang semestinya berawal dari langit kami, malah meniupkan atmanya pada langit berlawanan). Selebihnya? Entahlah. Saat ini pula, di antara kumpulan ras tersebut, muncullah empat entitas yang berusaha membuat arus kuasa mereka pada semesta. Mereka dinamakan  Saudara-Saudari Yang Terkubur (re: The Sepulture Siblings) dikarenakan keberadaan mereka yang semestinya dikatakan mati, tengah dihidupkan kembali. Pun, keberadaan mereka juga tergolong 'besar' dalam ukuran sendiri.

Semoga tidak menganggu laju keseimbangan istana bernamakan Alam ini.