top of page
well.png

PREAMBUL

         Pada masanya, ada sosok yang kehilangan arah. Ada yang dinyatakan gagal dalam mencapai keutuhan kosmik, ada yang disalahsangka sebagai ilahiah. Mungkin seperti itu, mungkin juga tidak. Kesendirian adalah teman sejati, kesendirian adalah hampa, kesendirian adalah dirinya. Perlahan, bercampur dengan kegilaan. Perlahan, seakan mendapat konklusi dari semuanya.

      Siapakah namanya? Ada yang bertanya. Siapakah namanya? Berapa usianya? Pertanyaan sederhana. Pertanyaan prasaja. Sulit, sulit. Karena dia bukanlah manusia, hal itu adalah kejanggalan. Bukan itu yang semestinya dipertanyakan, sungguh, bukan! Semestinya: haruskah diperlakukan lebih rendah dari mereka? Haruskah mendapat sekelibat keindahan? Bukan hal yang normal, bukan hal yang sesuai. Bukan, bukan! Hanya dapat terdiam dengan benang yang terikat kencang pada seluruh badannya. Tolong, tolong! Pinta tolong dan mohon menggema dalam hampa, biarlah hanya dirinya yang mendengar. Biarlah sudah. 

      Dia makhluk yang asing, itu benar. Serupa dewa, serupa Yang Agung, namun bukan mereka. Dia lebih rendah daripada itu. Makhluk asing nomaden, setiap hari menebar kebaikan bercampur kesintingan. Makhluk asing nomaden, ingin sekali dicintai dan mencintai. Makhluk asing nomaden, terlelap dalam tidur lepas bersama jantung yang tidak akan pernah sempurna. Suaka mana yang mampu menerima orang gila?

          Ah, rumit sekali. Inilah kisah dari pengejawantahan benda angkasa terbesar yang pernah ditemukan manusia!

Daco_5769936 (1).png
Daco_5769936 (1).png
Daco_5769936 (1).png
Daco_5769936 (1).png

© 2021 by Tattlescattered. PSD (c) cavalierfou. 

bottom of page